Jumat, 10 Juli 2009

ViRuz PraGmatisme: muLtiVitamin baGi kapitaLis

Argumentasi-argumentasi itu saya dengar lagi. Tentang sebuah kaidah syara. Begini inti pernyataan tersebut : “Memang tidak ada yang ideal, semuanya buruk, tapi paling tidak kita memilih presiden yang terbaik diantara yang buruk”, ujar sang pengamat politik nasional. Lumayan popular argumentasi ini terutama di kalangan gerakan Islam. Atau dalam bahasa kaedah ushulnya dikenal dengan ahwanusy-syarrain atau akhofudh-dhororoin : mencari syar’ (keburukan) yang lebih ringan atau yang dhoror (bahaya)nya lebih ringan. 

Pragmatisme. Itulah nama virus yang menjangkiti rakyat dalam memilih pemimpin saat ini. Alasannya tidak lain dengan menggunakan kaidah ”memilih yang paling sedikit mudharatnya diantara yang buruk”. Begitulah hebatnya virus ini meracuni pikiran hingga si penderita terjebak dengan muslihat kondisi yang seolah tidak bisa diubah.
Pragmatime... siapa penyebar virus kehancuran ini?
Dialah Pejuang Amerika,  Charles S. Pierce yang kemudian diteruskan oleh William James dan John Dewey. Virus tersebut tidak dapat lepas dari penularan2 virus lainnya pada Abad Pertengahan (Renaissance), yaitu ketika terjadi pertentangan yang tajam antara gereja dan kaum intelektual. Pertentangan itu menghasilkan kompromi: pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), sebuah asas yang dianut ideologi kapitalisme.
Itulah mengapa saya katakan virus pragmatisme multivitamin bagi kapitalis. Karena Pragmatisme itu merupakan pemikiran cabang dari kapitalisme. Tentu saja keberadaannya semakin menyehatkan para Kapitalis.
Lalu, kenapa virus itu bisa menyebar ke Indonesia?
Munculnya orang-orang/partai-pratai pragmatis di negeri yang mayoritas penduduknya muslim,  tidak lepas dari upaya Barat (khususnya Amerika), dalam mengokohkan kedudukannya di wilayah ini. Merupakan rahasia umum, Amerika adalah musuh sekaligus penjajah bagi kaum muslim. Dia Ingin ideologinya eksis di seluruh penjuru dunia. Karena itu Barat jelas tidak mau jika ada orang-orang/partai-partai yang memiliki ideologi yang bertentangan dengan ideologinya, yakni kapitalisme, untuk berkuasa di suatu negeri, karena itu akan mengganggu dominasinya.
 
Pernah saya tergelitik oleh pertanyaan “ padahal penduduk Indonesia mayoritas muslim, tapi kenapa parpol islam justru kalah dengan partai2 sekuler lainnya?” 
mungkin itu merupakan pertanyaan besar bagi kita, tapi sebenarnya jawabannya cukup mudah. Sangat wajar sih, masalahnya apakah parpol-parpol islam yang ada benar2 memperjuangkan islam? Benarkah parpol2 Islam itu memang memperjuangkan sesuatu yang BEDA dengan parpol sekuler lainnya? (jawab dalam hati saja)
nyatanya…. 
Ngakunya sih partai Islam dan ingin memperjuangkan syariat Islam, tapi berselingkuh terang-terangan dengan sistem haram yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Alasannya, “Mau gimana lagi, kalo gak ikutan, bisa-bisa kita dipimpin sama orang kafir.” 
 
Lalu mencari pembenaran dengan mengatakan “demokrasi itu sesuai dengan Islam karena mengajarkan musyawarah (syura)” walah…. Yakin loe? Masa’ ajaran yang turun dari Allah Yang Maha Keren disama-samain dengan demokrasi bikinan orang kafir laknatullah sih? Hiy…maav ya kalo saya gak sepakat!!!

Ngakunya partai Islam dan pro-syariah, tapi gak ada tuh yang berani bilang: “Kalau kami menang, kami akan menerapkan syariat Islam secara kaffah! Maka jangan lupa contreng nomor Z “Partai Syariah & Khilafah” hhe…!” 

Atau kalau ada partai (yang ngakunya) Islam berani dong bilang “Kami akan memberantas kemiskinan dan mensejahterakan rakyat dengan mengusir penjajah asing yang sudah merampok kekayaan negeri ini! Dan kami juga akan menghapuskan sistem ribawi!” 
Berani gak? Takut gak laku, Pak? Buk? Atau khawatir masyarakatnya lari duluan ngedenger kata “syariah”? 
Pak buk, sebenarnya syariat akan laku keras kalau benar2 berani dan gencar ngejualnya, jangan setengah2! Tawarkan Islam as Solution!
Gimana mau laku kalau ngakunya partai Islam dan ingin menerapkan syariat Islam, tapi bergandengan mesra dengan partai sekuler yang mengatakan “NKRI sudah final. NKRI harga MATI!” hohoho… apa gak bikin rakyat jadi bingung? Sampai elek… kapan mau nerapin Islam-nya pak? Buk?

Memilih pemimpin… Saya pun setuju bahwa dalam Islam terdapat kewajiban mengangkat seorang pemimpin (kepala Negara). Jangankan pemimpin negara , tiga orang yang melakukan perjalanan (safar) aja harus ada seorang yang diangkat menjadi amir (pemimpin) diantara mereka, apalagi urusan masyarakat yang kompleks banget! 

Tapi, mengangkat kepala Negara bukan hanya menerapkan prinsip “sekedar ada pemimpin”. Tapi juga dihubungkan dengan sistem apa yang akan diterapkan oleh sang kepala Negara. Kepala Negara diangkat untuk mengurus urusan kaum muslim baik urusan dunia maupun agama. Dan kaum muslim diurus bukan dengan sembarang hukum, tapi wajib dengan hukum Allah SWT. Karena itu kewajiban mengangkat pemimpin tidak bisa dipisahkan dengan sistem yang dijalankan sang pemimpin. Umat Islam wajib memilih pemimpin tentunya pemimpin yang akan menjalankan syariah Islam , bukan yang hukum lain.

4 komentar:

  1. surani likes this ^^
    salam kenal...

    BalasHapus
  2. waaa...judulnya keyennn...isinya juga..
    but, jangan2 partai islam itu, ga nyadar kalo mereka udah pragmatis.
    gimana atuh nyadarinnya, ustadazah?

    BalasHapus
  3. Ami...en, doain mudahan jadi ustadzah beneran yak!!!

    hya... seperti yang insyAllah kita usahakan sekarang:
    mengungkapkan (rencana) kejahatan mereka; menyampaikan nasihat dan kritik kepada mereka.

    sementara itu kita juga senantiasa berusaha menggulingkan sistem pemerintahan kufur yang menerapkan perundang-undangan kufur ini, yaitu dengan tujuan menegakkan dan menerapkan hukum Islam untuk menggantikan hukum-hukum kufur tersebut.

    BalasHapus
  4. Yah... Keep Fighting!!!

    BalasHapus