Jumat, 23 Oktober 2009

Be Agent of Change, be 3110 Generatiom…!


“Be agent of change? Ga banged dech… bikin kuper en ga gaul. Gimana nggak? kerjaannya kan cuma muter-muter di masjid kampus aja. Enakan gabung ma team basket ball, teater, pecinta alam, karate, atau yang punya modal wajah cantik bisa jadi chileader. Setidaknya bisa eksis di kampus donk, punya banyak penggemar en dikagumi banyak orang…”

Sabar pren, jangan terburu-buru ngambil kesimpulan! juga jangan elergi dulu denger kata “Agent of Change” alias agen perubahan atau pengemban dakwah. Predikat itu ga seburuk yang kita kira kok! Dan jangan khawatir gara-gara dakwah kita ga bisa eksis di kampus. Justru dengan dakwah kita bisa eksis di dunia kampus dan di akhirat. Kok bisa? Karena Allah telah berfirman : “kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” yang memberi gelar bahwa kita adalah “umat terbaik“ itu bukan teman kita, dosen kita, ataupun ortu kita lagi, tapi yang memberi gelar langsung dari Allah SWT. Wow, kita diberi gelar umat terbaik? Eits, jangan lantas GR dulu karena firman Allah tersebut tidak hanya sampai disitu, masih ada lanjutannya yang menentukan apakah kita termasuk manusia yang diberi gelar “umat terbaik” oleh Allah atau tidak. “kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (3 : 110). Nah sekarang mari kita renungi apakah kita sudah melakukan ketiga aktivitas tersebut ; menyuruh berbuat yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah yang tidak lain merupakan aktivitas dakwah? Jika belum berarti kita belum termasuk generasi 3110 (generasi umat terbaik sebagaimana tercantum dalam QS. Ali-Imran [3]:110).

“Kenapa harus berdakwah, bukankah sudah ada ustadz dan kyai yang lebih ahli dibidang agama?”
Tentu saja tidak benar, dakwah bukan hanya tugas ustadz dan kyai saja. Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap orang. Selain dari ayat diatas dipertegas pula dalam hadits.
Dari Abu Said Al-Khudri ra berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda:

"Barang siapa melihat kemungkaran dilakukan dihadapannya maka hendaklah ia mencegah dengan tangannya, jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya, jika tidak mampu maka hendaklah dia merasa benci di dalam hatinya, dan ini selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim). 

Hadits di atas menunjukkan bahwa dakwah adalah tugas setiap individu. Individu yang satu bertanggung jawab atas individu yang lain, karena islam laksana satu tubuh. Ibarat sebuah kapal bertingkat yang sedang berlabuh di tengah laut lepas. Kemudian tiba-tiba ada seorang penumpang yang berada dibawah berniat melubangi bagian kapal untuk dapat mengambil air laut yang ada di bawahnya. Jikalau orang-orang yang berada di atasnya tidak mencegah orang tersebut melakukan hal itu, maka kecelakaan akan menimpa seluruh penumpang yang berada di dalam kapal. Begitu pula dengan umat Islam, ketika ada sebagian yang berbuat kerusakan atau maksiat kemudian sebagian yang lain membiarkannya, maka sungguh Allah tidak hanya memintai pertanggung jawaban dan mengazab sebagian yang melakukan saja melainkan semuanya, karena mereka tidak melakukan amar ma’ruf di dalamnya. Padahal luar biasa balasan Allah kepada orang-orang yang melakukan amar ma’ruf itu, SURGA pren…

So, tunggu apalagi? Saatnya kita semua (yang pengen jadi generasi 3110) berperan aktif dalam segala aktivitas dakwah! Minimal untuk menyelamatkan diri dan orang-orang yang kita cintai dari azab Allah. Tidak ada dalih bahwa "saya belum sempurna," ataupun alasan "saya masih belajar." Karena menurut Imam Said bin Jubair, 
"Jika seseorang tidak mau mengajak kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran sehingga keadaan dirinya sempurna, maka tidak akan ada seorangpun yang akan mengajak kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran." Iman Malik mendukung pendapat Imam Said bin Jubair ini, dan beliau sendiri menambahkan, "Dan siapakah diantara kita yang lengkap dan sempurna?" 

Rasulullah SAW melaksanakan tugas dakwah tidak menunggu seluruh wahyu selesai. Rasulullah SAW juga menyuruh seorang sahabat yang baru bersyahadat dan mendapatkan pengajaran tentang syahadat untuk mengajarkan kalimat syahadat yang telah dipelajarinya kepada orang disekitarnya. Begitu juga dengan diri kita dituntut untuk senantiasa menyampaikan apa yang telah kita pahami dan kita laksanakan, serta senantiasa berusaha memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Jadi jangan berpikir bahwa dakwah itu selalu bercuap-cuap di atas podium, tapi dengan menyampaikan satu ayat Al-Quran yang kita pahami maknanya kepada orang lain itu sudah termasuk kategori dakwah. Atau bisa juga melalui berbagai media seperti radio, surat kabar, internet dll.

Well, kalau untuk mendakwahi seorang individu, hanya dengan seorang pengemban dakwah saja sih cukup. Tapi untuk mendakwahi sebuah masyarakat, apalagi untuk mewujudkan sebuah negara yang menerapkan syariat Islam, sangat tidak mungkin apabila hanya dilaksanakan seorang diri melainkan harus dilakukan secara berjamaah. Sebuah kaidah syara' menyebutkan "apabila suatu kewajiban tidak terlaksana tanpa adanya sesuatu, maka sesuatu itu wajib adanya" Demikian juga dengan kesuksesan dakwah untuk mewujudkan syariat Islam tidak akan bisa kaffah tanpa adanya jamaah dakwah, maka keberadaan jamaah dakwah adalah wajib.

Walhasil, semakin banyak orang yang kita selamatkan dengan dakwah, semakin besar pula peluang kita eksis di hadapan Allah SWT tentunya. So, kata siapa generasi 3110 ga bisa eksis? Wallahualambishawab.


Sebuah Sajak; Makna Sebuah Titipan

Ciptaan~WS Rendra
(Mei 23, 2008)
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa :
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti (Allah), padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”.
NB :Puisi ini dipersembahkan terutama untuk diri saya pribadi yang terkadang merasa futur ketika Allah sedang menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang tidak sesuai dengan nafsu.
Sadarlah wahai jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, segala sesuatu yang engkau miliki hakikatnya hanyalah titipan dan jangan enggan ketika titipan itu diambil oleh yang Berhak... 

Kamis, 22 Oktober 2009

Tanya : Hukum Rebonding?

Tanya: Bagaimana hukum rebonding dan keriting? Katanya asalkan tidak permanent tidak apa-apa?
Jawab: Sebelum menentukan hukumnya, perlu diketahui terlebih dahulu fakta rebonding dan keriting. Baru kemudian kita bisa menentukan hukumnya. Semoga penjelasan berikut bermanfaat!

Proses mengeriting dan meluruskan rambut secara kimiawi berarti mengubah struktur ikatan protein rambut. Suatu protein yang disebut dengan keratin, merupakan protein yang membentuk rambut manusia, terdiri dari unsur cystine, yaitu senyawa asam amino yang memiliki unsur sulfida, dalam jumlah persentase yang cukup tinggi. Jembatan disulfida -S-S- dari cystine merupakan salah satu faktor utama yang bertanggung jawab atas berbagai bentuk dari rambut kita. Rambut lurus atau keriting dikarenakan keratin mengandung jembatan disulfida yang memampukan molekul untuk mempertahankan bentuk-bentuk tertentu. Di dalam proses keriting atau ‘perm’ (permanent waves) , rambut diberikan senyawa pereduksi yang membuka beberapa ikatan -S-S- .

Rebonding adalah meluruskan rambut agar rambut jatuh lebih lurus dan lebih indah. Namun rebonding sering menyebabkan rambut kita rusak, merah, kasar dan bercabang, sehingga perlu perawatan lanjutan dengan shampoo khusus. Misalnya untuk produk yang cukup trend adalah merk makarizo (vitamin sesudah keramas) atau Johny Andrean (ion rebonding). Kemudian seminggu sekali untuk melembutkan rambut, digunakan hair mask dan hair tonic. Namun perawatan ini juga lumayan mahal.

Rebonding sendiri menggunakan proses kimiawi pada rambut, dengan tujuan mengubah struktur protein rambut. Wajar bila selanjutnya harus ada perawatan intensif pada rambut yang direbonding, karena perubahan struktur secara paksa bisa menyebabkan rambut rapuh.
Rebonding menyebabkan helai rambut berubah bentuk secara permanent. Pemulihan rambut yang terlihat, bukan dari bagian helai rambut yang terkena perlakuan rebonding, karena bagian tersebut memang telah rusak dan tidak bisa pulih, tetapi dari bagian helai rambut yang baru muncul menggantikan rambut yang telah rusak.

Berhias atau tazayyun dianjurkan bagi istri untuk menyenangkan pandangan suaminya. Namun memang perlu difahami agar berhias ini tidak termasuk pada bentuk-bentuk keharaman sebagaimana yang disebutkan dalam nash-nash syar’i. Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Allah ‘Azza Wa Jalla melaknat orang yang mentato dan yang minta ditato, yang mencukur alisnya dan mengikir giginya untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhori-Muslim)

Perlakuan Rebonding adalah mengubah struktur protein rambut secara permanen dan terkategori tindakan mengubah ciptaan Allah, sehingga hukumnya haram.

Dalam proses mengubah tatanan rambut, bisa saja menggunakan bahan-bahan dan peralatan yang tidak menyebabkan perubahan permanent. Seperti misalnya, roll (menggulung rambut) tanpa proses kimiawi atau menjalin rambut kecil-kecil agar lebih lurus ketika dibuka jalinannya. Semua hal ini bila tidak mengubah struktur ikatan protein rambut, tidak akan bersifat permanen. Paling lama bertahan hanya satu hingga dua hari. Tetapi tentu yang terpenting adalah tidak melanggar hukum syara’.

Memang ada perbedaan pendapat tentang hukum kebolehan rebonding. Namun bagi setiap muslimah adalah berusaha mencari hukum yang diyakininya paling tepat tentang masalah tersebut berdasarkan pemahaman terhadap fakta hukum tersebut dan dalil-dalil syar’iy yang terkait. Wallaahu a’lam.

Oleh: Lathifah Musa ( http://klikvoi.com )

Kamis, 15 Oktober 2009

Lintas Pikiran "Ikhlas"

Terlintas dipikiran saya tentang satu kata yang terdiri dari 5 huruf yaitu 'IKHLAS'.... Sangat mudah diucapkan, tapi pelaksanaannya ga se-enteng pengucapannya. Sungguh sangat sangat sangat sulit. Jangankan ujian dan cobaan yang menimpa kita, melakukan aktivitas yang hukumnya wajib sekalipun terkadang sulit untuk ikhlas (itu kalau mau jujur), Astagfirullah...

Mungkin karena itu ya, kenapa Allah memberikan ujian buat kita... mungkin Allah pengen ngendidik kita supaya kita bisa bersikap SABAR dan IKHLAS. O... akhirnya diriku mulai paham!

Berarti, sekarang sya harus belajar dari setiap kejadian. Belajar untuk IKHLAS dengan berbagai masalah, meskipun sulit dan butuh kekuatan untuk semuanya... :) 

Bumiku berguncang lagi...

Cukup lama ga ngeposting...

Saya awali dengan ucapan duka cita atas musibah yang menimpa saudara2 seakidah, Innalillahi wa Innailairajiun....Mengesankan sekali, sekaligus mengharukan diberbagai tayangan televisi memberitakan seputar bencana alam gempa di Sumatera Barat yang menelan korban hingga mencapai ribuan orang. 

Bumiku berguncang lagi...  setelah Sulawesi Utara, Aceh, NTT, JaBar, dan kini SumBar... Mengapa guncangan demi guncangan terjadi secara sistematis. Segala sesuatu terjadi pasti karena ada sebabnya. Terlepas dari adanya pergeseran dua lempeng di kawasan tersebut, kita bisa mencoba terbang lebih tinggi untuk menerawang dan mengkritisi setiap kejadian. Manusia, alam semesta dan kehidupan diciptakan saling behubungan.  Artinya, alam semesta dan kehidupan tidak akan mengalami kerusakan/kehancuran jikalau tidak ada penyebab yang menghantarkan kepada kerusakan tersebut. Dalam hal ini tentu saja manusialah yang menjadi terdakwa, karena dipanggung teater yang maha besar ini manusialah yang menjadi pemeran utama dalam setiap adegan. Baik buruknya, kesejahteraan dan kehancuran alam semesta tidak lepas dari tangan manusia.

Seperti yang dikabarkan Allah dalam TQS. Al-Israa:58

"tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan kami membinasakanya sebelum hari kiamat atau kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz)"

Wallahualam bishawab