Senin, 19 Juli 2010

LEDAKAN PENDUDUK, ANCAMAN BAGI SIAPA?

Demam kekhawatiran akan ledakan jumlah penduduk sedang menyerang tubuh
dunia. Termasuk didalamnya Indonesia juga merasa was-was akan
pertambahan penduduk yang semakin tidak terkendali. Terbukti dari
riset populasi global (2008) bahwa tingkat pertumbuhan penduduk
rata-rata mencapai 6 % pertahun. Dengan angka tersebut jika tidak ada
bencana alam secara demografi maka populasi dunia akan mencapai 9
milyar pada tahun 2050, ini berarti dalam jangka 40 tahun ke depan
dunia mengalami pertambahan penduduk sebanyak 2,3 milyar dari populasi
saat ini yang berkisar 6,7 milyar. Wajar saja jika muncul
kekhawatiran, orang sebanyak itu nanti mau makan apa? Tinggal dimana?
Dan berbagai kekhawatiran lainnya. Apalagi secara logika bumi ini
tidak akan bertambah luas dan sumberdaya kian terbatas, sementara
orang yang menghuni terus bertambah. Semua bayangan negatif ini pada
akhirnya akan berujung pada kekhawatiran pada kondisi penduduk dunia
yang mengalami kemiskinan dan kesengsaraan.

Menurut saya, prediksi inilah yang menyimpulkan bahwa meningkatnya
jumlah penduduk akan menjadi ancaman atau malapetaka bagi kelangsungan
kesejahteraan dunia. Oleh karena itu muncullah berbagai upaya untuk
menghadapi masalah tersebut, baik ditingkat nasional maupun
internasional. Di Indonesia sendiri sejak era orde baru telah dibentuk
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang bertugas
menyelenggarakan penyuluhan, kampanye dan pelaksanaan KB (Keluarga
Berencana). Namun hingga kini upaya tersebut tidak membuahkan hasil,
jumlah penduduk tetap saja meningkat. Dan lagi-lagi ini yang dianggap
biang keladi kemerosotan ekonomi, kemiskinan global, kelaparan,
kerusakan lingkungan dan ketidak stabilan politik. Padahal jika
berbicara tentang kecukupan ekonomi, Negara Barat yang jumlah
penduduknya 20% inilah yang mengkonsumsi 81% dari semua apa yang
dihasilkan dunia, sedangkan 80% lainnya mengkonsumsi sisanya. Gaya
hidup yang boros dan pola konsumtif dari negara-negara majulah
penyebab yang sebenarnya atas meningkatnya pemakaian sumber daya di
dunia. Dengan sumber dayanya yang minim, mereka memasok bahkan
mengurasnya dari luar sehingga menyebabkan negara lainnya terus berada
dalam keadaan miskin. Oleh karena itu sebanyak apapun sumber daya yang
dimiliki dunia jika dikelola dengan sistem kapitalis seperti saat ini
maka kesejahteraan penduduk tidak akan pernah tercapai, kecuali hanya
segolongan yang memiliki kapital saja. Sehingga amat dangkal jika
memiliki anggapan bahwa sengsara dan sejahteranya manusia berdasarkan
dari banyak atau sedikitnya jumlah manusia.

Pada akhirnya dapat terbaca sesungguhnya pertambahan penduduk itu
ancaman bagi Negara Baratkah atau bagi dunia mayoritaskah? Dunia
mayoritas saat ini mengerucut pada populasi kaum muslim. Meningkatnya
penduduk jelas merupakan ancaman bagi para investor Amerika di
negara-negara itu yang akan menentang struktural kekuasaan global. Dan
bila pertumbuhan penduduk itu dibiarkan menjadi banyak dan berkualitas
sesungguhnya ini merupakan potensi kaum muslim, terlebih
negeri-negeri muslim kaya akan SDA. Maka akan sangat mudah bagi kaum
muslim untuk menggulingkan kekuasaan barat. Ini yang mereka anggap
sebagai ancaman, untuk itulah Barat berusaha menekan pertumbuhan
penduduk khususnya kaum muslim dengan berbagai upaya.
Wallahualam bishawab.

Jumat, 09 Juli 2010

PORNOGRAFI YANG DIKONDISIKAN

Rumor tersebarnya video porno “mirip” selebritis papan atas sungguh dahsyat dan hingga saat ini nyaris menyedot perhatian seluruh kalangan masyarakat.
Dari kalangan gedongan sampai pinggiran jalan,
dari perumahan mewah sampai perkampungan kumuh,
dari kalangan remaja hingga orang tua dan elit nasional.
Media yang meng-ekspose juga beragam, mulai dari media cetak sampai elektronik. Sehingga tidak aneh pemberitaannya menjadi santapan setiap hari. Tidak sulit bagi kalangan manapun yang ingin memperoleh video mesum amoral penebar dosa itu. Karena video tersebut sudah dipasarkan mulai DVD asli yang terbilang mahal hingga bajakan yang relatif murah sehingga mampu dijangkau oleh berbagai kalangan, termasuk siswa SD dan SMP. Atau bagi yang suka melanglangbuana di dunia maya dapat dengan mudah mendownlodnya di situs-situs tertentu. Hal inilah yang meresahkan masyarakat terutama bagi orang tua atau pendidik seperti saya yang mempunyai tanggung jawab terhadap moral anak bangsa. Karena pemberitaan yang begitu luas akan semakin menumbuhsuburkan perilaku seks bebas dan seks pranikah, juga mambangun kesan di masyarakat bahwa apa yang mereka lakukan sebagai sesuatu yang biasa.

Penyebaran video amoral dan suburnya perilaku seks bebas yang kian sulit dikendalikan ini, tentu tidak terlepas dari diterapkannya sistem sekularisme dan liberalisme di tengah masyarakat. Sekularisme yang menebarkan gaya hidup dengan caranya sendiri tanpa mau terikat dengan aturan dan nilai agama. Kita bisa melihatnya dalam KUHP, seseorang yang berhubungan di luar ikatan perkawinan tidak dianggap melakukan tindakan pidana selama dilakukan suka sama suka. Padahal jika mengacu pada aturan agama, tindakan tersebut terkategori zina yang harus dihukum, yaitu jika telah menikah dirajam hingga mati dan jika belum menikah dicambuk seratus kali. Hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku zina, selain untuk menghapus dosanya bertujuan pula memberi efek jera baik kepada pelaku juga khalayak masyarakat sehingga tidak ada keinginan untuk melakukannya. Dengan demikian perilaku seks bebas dapat diminimalisir bahkan tidak ada sama sekali. Selain sekularisme, adapun liberalisme yang menjunjung tinggi nafas kebebasan. Salah satu yang dijamin oleh negara adalah kebebasan berperilaku, wajar jika kebanyakan orang berpikir apapun boleh dilakukan selama tidak merugikan orang lain. Termasuk menjalin hubungan seks dengan siapa saja asal suka sama suka dan tidak mengganggu eksistensi orang lain.

Seperti kita ketahui bersama bahwa penyebaran video amoral kali ini bukanlah yang pertama dan sangat mungkin ini bukan yang terakhir. Sebab sistem yang ada ternyata tidak mampu menghentikannya, justru mengkondisikannya dengan memberi lampu hijau pada perzinaan. Empat poin kebebasan (berperilaku, hak milik, beragama dan berpendapat) yang dijamin oleh negara ini, jelas-jelas memberi peluang bagi setiap orang berbuat bebas tanpa batas selama tidak merugikan orang lain. Kasus demi kasus semakin menguak kebobrokan sistem sekularisme dan membuktikan ketidakmampuannya menyelesaikan problematika yang terjadi. Kini tinggal Islamlah satu-satunya muara kita, sebuah sistem yang dibangun atas landasan akidah islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Hanya islamlah yang mampu menghentikan segala bentuk kerusakan itu, karena Islam mempunyai aturan yang bisa menjamin terealisasinya manusia yang bermoral. Wallaha’lambi’ash-shawab.