Sabtu, 02 April 2011

Komen-komenan di FB

Menarik untuk diabadikan diblog, meski bukan pertama kalinya juga saya mendapati cerita ataupun realita seperti ini…
Cuma intinya pengen aja nulis, heee…
Hmmm… kadang kedengarannya lucu juga, tapi sebetulnya justru membuat miris. Di sebuah forum group, ada seorang akhwat yang menanyakan :
kalo istri seorang Ustadz , anak perempuannya ..
hanya memakai KERUDUNG , tapi pake kaos dan celana jeans biasa ..
tidak memakai JILBAB (baju lorong) ..
itu gimana hukumnya yah ?
moohon pendapatnya .. Jazakumullah :)

Jadi yang saya maksud terkesan lucu dan membuat miris itu, realitas ustadz tersebut tentunya, bukan si akhwat yang meminta pendapat.

Trus ada yang komen
A : hukumnya? berpakaian tapi telanjang, perlu diingatkan terus.. :)

B : tapi kan beliau seorang Ustadz ?? :(

A : ustadz juga manusia, perlu sering diingatkan.. :)

C : hukum syara tidak melihat profesi apakah dia ustadzah, tokoh yg ahli di bidang tertentu, ataupun org terkenal.... ketika sudah meyakini bhwa Islam adalah akidahnya, konsekuensinya tetap hrus terikat dg hukum syara... apalagi kalau udh baligh......
seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali telapak tgn dan wajah. di tutupny dg apa? trnyata di Al-Qur'an diperintahkannya memakai jilbab dan kerudung... yaa,,, kalau ad yg sprti itu, alhamdulillah...brrti Allah mmberi ladang pahala untuk kita supaya bs mengingatkan beliau.. :)

B : Makasii semuaa nya .
tapi kalo ustadz nya punya pendapat sendiri , kan yg penting menutup aurat dulu , mau baju lapang , baju *sempit . hehe , yg penting menutup aurat .. sedangkan ustadz tersebut itu , kayaknya punya prinsip . kalo ingin me...narik ummat sebanyak2nya , hrs dgn cara halus saja , jgn dibebani dgn hal2 yg berat , shg banyak org tertarik mengikuti Islam .. gimana ? :)

Ahaaaa… nimbrung juga akhirnya aku..
Aini Widayah : kemungkinan pertama; ustadz tsb menganut prinsip tadarruj (bertahap) dalam menyampaikan kebenaran syara. Naaaah dalam hal ini kita ga bisa bersikap demikian, yang namanya hukum syara itu ga bisa ditawar2. Kalo A ya A, 1 + 1 ya 2, kalo puasa ramadhan diwajibkan ya wajib, kalo sholat isya itu 4 rakaat ya 4 rakaat (bukankah slma ini umat islam ga ada yg mempermasalahkan kenapa puasa ramadhan itu wajib dan kenapa shalat isya itu harus 4 rakaat?) tapi kenapa ketika ada perintah Allah kepada para wanita "yg hukumnya juga wajib" yaitu perintah untuk menutup aurat dengan jilbab dan khimar banyak umat islam yg komplain?
bahkan terkadang ada juga ustadz yang seperti "B" bilang itu,, "menyampaikan secara halus", tapi hati2 jangan terjebak. menyampaikan secara halus itu berbeda dengan menyembunyikan kebenaran hukum syara.
contoh menyampaikan secara halus: kita punya knalan org baru yg masih awam, mgkin kita tdk ujug2 bilang "teh, nutup aurat itu wajib!". nggak. kita hrus phamkan dulu, terkait hakikat pnciptaan kita & untuk apa sih kita hidup ini? dari situ kita mulai bisa menjelaskan bahwa kita diciptakan olh Allah untuk beribadah dengan mematuhi seluruh aturanNya tanpa terkecuali. treeeeeeeeet bla bla bla... trus sampai pada akhirnya menutup aurat itu adalah salah 1 perintah dari sang pencipta yg harus kita taati. trus Allah memerintahkannya nutup aurat itu harus dengan jilbab (bju seperti lorong, tidak sempit dst..) dan khimar yang menutupi dada.
sementara kalo menyembunyikan kebenaran hukum syara itu ya seperti ustadz tsb: kan yg penting menutup aurat dulu , mau baju lapang , baju *sempit. nah ini jelas2 menyalahi hukum syara namanya...
(Hadooow panjangnyaaah *semoga tidak pusing yg ngebaca)

C : “B” yg dicintai Allah....
setiap perbuatan kita hendaknya selalu dasarnya hukum syara, karena kita sudah meyakini bhwa kita berasal dr Allah dan tujuan kita untuk mendapat keridhaanNya..
standarnya bukan hawa nafsu/keinginan kita terkadang, Allah memberi apa yg kita butuhkan,bukan apa yg kita inginkan ^_^
betul, Allah memerintahkan menutup aurat, dg memakai baju lapang yg menutup aurat, itu sudah memenuhi kewajiban menutup aurat....
tp ternyata Allah memerintahkan menutup auratnya dengan apa? cukupkah dg pakaian berpotongan/pakai celana panjang longgar&baju longgar? Allah menyatakan secara gamblang di surat Al-ahzab: 59 ttg kewajiban kita memakai jilbab (baju kurung). lalu di suat an-nuur: 31 dg memakai khimar/kerudung..
hmm...itulah akibatnya jika dakwah tujuannya untuk mencari massa sebanyak2nya,,bukan di dasarkan semata2 untuk mendapatkan keridhaan Allah... jd semuanya di kompromikan sesuai kehendak massa...akibatnya, ya audiens/massa banyak, tapi pada akhirnya memilah milih ayat2 Al-Qur'an mana yang diinginkan, mana yg tidak diinginkan...skali lg,patokannya bukan hawa nafsu manusia, tp tetap patokannya Al-Qur'an dan Sunnah. pantaskah kita sebagai makhluk yg lemah memilih2 ayat yg kita sukai dan mengingkari ayat yg lain yg sekiranya bertentangan dg adat/kebiasaan? ^_^
dakwah itu sllu ada konsekuensinya, di tolak atau di terima masyarakat...tidak sedikit kok msyarakat yg mau menerima kebenaran dalam Al-Qur'an, justru di sini ujiannya,,ketika kita niat lillahita'ala, sabar, menyeru kpd kebaikan, mencegah terjadi keburukan, insya Allah pahalanya kita dapatkan,,semangat !!
*afwn kalau kepanjangan...

D : @”B”; Sebagian ulama kontemporer (saya memandangnya ulama liberal) ada yg berpendapat bahwa berjilbab (berhijab) bukan suatu kewajiban, tetapi sekedar anjuran. Misalkan saja M. Quraish Shihab (Tafsir Al Misbah menyatakan jilbab tidak wajib, tetapi produk bangsa Arab). Masih banyak yg lainnya. Sama seperti memaknai pacaran atau rokok, tidak haram, tetapi makruh. Sekarang sebagai insan muslim yg kritis dan berakhlaq, sudah sepantasnya kita membandingkan manfaat dan mudhorotnya. Jika mudhorotnya sangat besar, mengapa menganggapnya makruh? Jika memang perintah jilbab itu hanya untuk bangsa Arab, bukankah Islam rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam)? Artinya ketentuan Al Qur'an berlaku untuk seluruh alam. Untuk menutup aurat itu kan salah satunya tidak membentuk anggota tubuhnya. Nah, kalau pakaiannya sempit, bagaimana menyimpan bentuk tubuhnya? Logikanya sepeti itu.

=hmmm… akunya masih pengen unjuk gigi lagi nih=
Aini Widayah : kemungkinan ke2: ustadz tsb punya paranoid kehilangan massa/jamaahnya... walhasil dakwahnya pilih2, nyampeinnya yg ringan2 aja (yg gak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat saat ini) lagi2 soal akhlak atau soal pacaran dalam islam... kalopun nyampein tentang aurat, trs melihat kondisi masy yg pada enggan nutup aurat, akhirnya membuat dalil sendiri kalo nutup aurat gapapa pake jeans, gapapa yg sempit. o o o dalil dari mana tuh pak ustadz? kenapa harus bgitu? bkankah itu justru mnyalahi wahyu Allah?
padahal kalo soal solat para ustadz ga pernah ada yg menutup2i, misal: "ibu-ibu, kalau sedang lelah atau sakit boleh kok sholat isyanya 3 rakaat aja." Ga ada kan ustad yang menyampaikan seperti itu? heee, iya. soalnya solat itu dah jadi pemahaman bagi masyarakat dan ga mungkin di tolak. tpi giliran ntup aurat? whoooaa mulai deh bnyak versi.

Aini Widayah : untuk itulah pentingnya kita menjadikan rasulullah sebagai qudwah (teladan), dulu rasulullah pas dapat wahyu "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." (QS. Al-Ahzab : 59)
beliau langsung menyampaikan apa adanya, tidak secara bertahap atau malah disembunyikan.
okay “B”, selamat berjuang dan selamat meniti jejak2 perjuangan Rasulullah ^_^
gambatteneee....

B : tapi , kalo negur langsung ke Ustadz nya aku gak beranii .. hihii :)
boleh kapan2 yuukzz !!! kak Aini Widayah dan teteh “C” ikut ngaji aku ke Telkom Gerlong , berani gak kak ? hihi *maaf , bukan maksud utk menantang kakak .. :D*

B : afwan semuaaanyaaa .. afwan masukan2nya ..
senengnyaaa punya sahabat seperti kalian2 semuaaa :D

C : iya kak “B” :p (*ikutan manggil kk jg ah.. )
yg MP* bukan ya?? dr dulu pgn bgt ksana,, penasaran,, tp bntrok trus sama jdal lain,,mudah2an nnti bisa yaa ikut nemenin...insya Allah ^_^
"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang... tidak turut berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar" (An-Nisaa : 95)

Terakhir dariku : untuk menegur/amar ma'ruf kepada seseorang, islam juga punya adab2nya lhoo kak “B”....(haha, ikutan manggil kak juga aaah). Ga beradab namanya kalo kita amar ma'ruf dihadapan jamaahnya... Hmmm... susah diungkapin pake komen, pengennya ngobrol langsung ajaa... hohhooo...
-end-
Eh tapi betulkan islam punya adab dalam amar ma’ruf? Ah, subahanallah. Jadi ingat kata Ust. Abay Islam memang agama yang paling mengerti nurani manusia. Allah tahu bahwa manusia memiliki rasa malu ketika aibnya dikorek di depan publik, maka Islam mengajarkan etika-etika dalam memberikan kritikan. Rasulullah memerintahkan ummatnya untuk tidak mengkritik seseorang di depan umum, karena itu akan menghancurkan nama baiknya. Karenanya, bersabarlah jika kita menemukan kesalahan seseorang di depan publik, tunggulah saat-saat berdua untuk meluruskan kesalahannya.
----
Begitulah,, jadi dilema yah… ustadz yg dijadikan qudwah tapi soal hukum syara masih dikompromikan dan disamarkan, *menyesuaikan siapa mad’unya :’( sediih… terlebih mengingat kondisi umat yang high figurity gini. Maka wajarlah kenapa sampai detik ini islam belum tegak juga. Soalnya umat masih terlalu dimanja… sehingga mereka terlenakan dan mencukupkan dirinya dengan ibadah ritual saja ; sholat, puasa, zakat, haji, nutup aurat juga tidak sesuai standar syara. Inilah PR besar kita pengemban mabda ideologis… ^_^

1 komentar: